TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, –
Rencana bisnis dari Singkong Gajah (Elephant Casava) yang ditemukan
oleh Professor Ristono di Samarinda kini bersaing di pentas
international dalam ajang Lee Kuan Yew Global Business Plan Competition
yang diadakan oleh Singapore Management University. Kompetisi ini
sendiri bertujuan mencari ide – ide baru yang dapat menggugah dunia.
Dan tidak tanggung – tanggung, saat ini dalam kompetisi, ide Singkong
Gajah masuk 6 besar dari 16 ide yang lolos ke semifinal. Dan perlu
diketahui, untuk masuk tahap semifinal ini grup Singkong Gajah harus
menyisihkan ratusan ide – ide bisnis lainnya yang berasal dari 75
institusi dan universitas di seluruh dunia. Namun masih ada satu tahap
lagi yang harus dilalui sebelum akhirnya dipertemukan oleh Angel
Investor dengan perusahaan agricultur raksasa “Wilmar” selaku sponsor
tunggal kompetisi yang kemungkinan besar akan memberikan investasi penuh
bagi pemenang kompetisi.
Adalah Arbiyan Christianto dan Aryo Andityo, dua mahasiswa dari
Universitas Gajah Mada yang meminjam produk Singkong Gajah untuk
diperkenalkan kepada komunitas internasional.
Dalam kompetisi, tim memperkenalkan Singkong Gajah dengan pendekatan
korporasi. Dijelaskan dalam rencana bisnis bahwa Singkong Gajah adalah
tanaman multyfungsi yang mampu mencapai break event point (titik impas)
dalam jangka waktu sangat singkat. Perusahaan yang dibentuk juga akan
berdasarkan konsep social corporation dan eco friendly business dimana
realisasinya akan memberdayakan petani tradisional dan masyarakat desa
dalam memproses Singkong Gajah menjadi produk – produk seperti tepung
mocaf, biobriket, flavonoid, dan baglogs tanpa menyisakan limbah sama
sekali.
Kedua mahasiswa ini menganggap bahwa Singkong Gajah memang superior
dari segi apapun. Namun sangat disayangkan bahwa perhatian pemerintah
dirasa masih sangat minim terhadap Singkong Gajah yang dapat memajukan
kualitas hidup masyarakat itu. Oleh karena itu, perlu perjuangan ekstra
keras untuk mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak.
Prof Ristono, sekaligus pembina dalam kompetisi ini, kepada tribunkaltim.co.id
Senin (19/8/2013) lebih memperinci terkait “supernya” produk temuannya
ini. Dari 1 hektar sendiri, dapat dihasilkan sekitar 100 ton Singkong
Gajah. Sangat jauh dari singkong tradisional yang hanya 5 – 10 ton
perhektarnya. Memang selama ini, produksi singkong dapat ditingkatkan
dengan bahan kimia namun sama saja akan menambah permasalahan dunia yang
baru. Singkong Gajah menurut Ristiono dapat menjawab sedikitnya 4
masalah terbesar yang di hadapi dunia saat ini. Mulai dari masalah
pangan, energi, kesehatan dan inilah yang selalu ditekannya kepada dua
mahasiswa yang sedang berkompetisi.
“Produk apa yang ada nilai ekonomisnya, yang bisa dilaksanakan secara
menyeluruh, secara orang banyak dalam waktu singkat dengan tekhnologi
yang ada dulu. Itu yang perlu dipikirkan,” kata Ristono.
Untuk pangan, Singkong Gajah diolah sedemikian rupa menjadi tepung
mocaf yang sangat layak untuk menggantikan tepung gandum yang ada selama
ini. Untuk energi, tepung kanji dapat digunakan sebagai perekat dalam
pembuatan briket batu bara (biobriket). Dan untuk kesehatan, kandungan
flanovoid di Singkong Gajah juga dapat menyembuhkan penyakit kanker.
Bahkan sisa dari proses produksi ini dapat digunakan sebagai media tanam
(baglogs) sehingga nyaris tanpa limbah.
Dan rencananya, Ristiono sendiri juga akan mengikuti langsung acara final pada 24 Agustus mendatang di Singapura.
“Saya ingin melihat seperti apa produk yang di tawarkan 6 finalis lainnya,” kata Ristiono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar