-
Perjuangan Menarik Dukungan Internasional Lewat LBB
Agresi militer
Belanda mendaat kecaman keras dari dunia Internasional. Agresi militer yang
dilacarkan Belanda dimasukan dalam agenda Dewan Keamanan PBB. Kemudian PBB
mengeluarkan resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947. Juru bicara Sutan Syahrir mendat kesempatan berbicara pada tanggal 14, 17, dan 26 Agustus
1947. Dan pada saat itu Sutan Syahrir menjelaskan perjalanan sejarah hingga
kemerdekaan dan konflik dengan tentara sekutu dan Belanda. Pada tanggal 25
Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN).
Negara-negara tersebut antara lain :
-
Australia (tunjukan Indonesia)
-
Belgia ( tunjukan Belanda)
-
Amerika Serikat ( tunjukan Belgia
dan Australia)
Setelah terbentuk,
wakil-wakil dari KTN datang ke Indonesia untuk melaksakan tugasnya, dan sampai
di Jakarta pada tanggal 27 Oktober 1947. Atas usul KTN, perundingan antara
Indonesia dan Belanda dilaksanakan di kapal perang USS Renville milik Angkatan Laut
Amerika Serikat yang sedang
berelabuh di Jakarta.
-
Perjuangan Menghadapi Agresi
Militer Belanda II
Belanda terus
berusaha untuk menguasai Indonesia. Salah satunya dengan kekuatan militer.
Penggunaan kekuatan militer ini memunculkan Agresi Militer Belanda II.
a.
Serangan Militer Belanda terhadap Kota
Yogyakarta
Belanda menolak hasil dari
perundingan Renville. Dan pada 19 Desember 1948 tentara Belanda menyerang Lapangan Terbang Maguwo,
Yogyakarta. Dan Belanda berhasil menguasai Kota Yogyakarta. Hingga terbentuk
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Dengan itu, kelangsungan hidup
pemerintah RI tetap ada.
Dalam waktu singkat Presiden,
Wakil Presiden dan pejabat tinggi negara berhasil ditawan. Dan tanggal 22
Dessember 1948, Presiden Soekarno, Haji Agus Salim dan Sutan Syahrir diasingkan
ke Brastagi, Sumut yang kemudian dipindah ke Prapat, Sumut. Sedang Moh. Hatta
dan para pejabat lainnya diasingkan ke Muntok di pulau Bangka. Pada akhir
Januari, Soekarno dan Haji Agus Salim dipindah ke Muntok dan kembali berkumpuk
dengan Moh. Hatta dan yang lainnya.
b.
Perang Gerilya Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Ketika Yogyakarta dikuasai
Belanda, Jendral Sudirman dan pasukannya menyingkir ke luar kota dan
merencanakan perang gerilya bersama dengan Kolonel A.H Nasution, Wakil Panglima
APRISdan Panglima Tentara dan Teritorium Jawa.
Perang berkobar sejak 25
Desember 1948. Pasukan Jendral Sudirman bergerilya di berbagai daerah yang
sekarang dijuluki dengan Rute Gerilya. Menghadapi taktik perang
Gerilya, Belanda tidak mampu berbuat banyak. Dikarenakan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX tidak mau diajak bekerja sama, rencana Belanda untuk membuat
pemerintahan di Yogyakarta gagal.
c.
Serangan Umum 1 Maret 1949
terhadap Kota Yogyakarta.
Belanda membentuk benteng
stelsel untuk menghadang taktik gerilya, yang membuat pertahanan di kota
melemah. Dan TNI Indonesia menyerang Belanda di Yogyakarta yang dikenal sebagai
Serangan Umum 1 Maret 1949. Karena terkejut, Belanda tidak mampu menguasai
keadaan danTNI berhasil menguasai Kota Yogyakarta kembali.
d.
Menarik Dukungan Internasional
dalam Upaya Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Agresi Belanda menimbulkan
reaksi di negara-negara Asia, dan mereka mendukung Indonesia. Atas prakarsa
Burma dan India terselenggaralah konferensi Asia di New Delhi, India, pada 23
Januari 1949. Konferensi tersebut menghasilkan resolusi yang akhirnya
disampaikan ke Dewan PBB. Dan PBB mengeluarkan resolusi agar Indonesia dan
Belanda menghentikan permusuhan. Pemerintah Darurat Republik Indonesia bersedia
tetapi dengan syarat agar Belanda tidak menyerang dan menarik semua pasukannya
dari NKRI.
-
Konferensi Antar-Indonesia
Indonesia bersedia menghadiri Konferensi Meja Bundar
(KMB). Dan sebelum itu, diadakan Konferensi Antar-Indonesia untuk menghadapi
KMB. Konferensi Antar-Indonesia dilangsungkan dalam dua tahap. Yang pertama di
Yogyakarta tanggal 19-22 Juli 1949, yang bertujuan untuk membahas berbagai hal
yang ada kaitanya dengan pembentukan negara federal sementara. Sidang kedua
dilaksanakan di Jakarta pada 30 Juli 1949. Dan mencapai tujuan antara lain :
bendera RIS adalahh merah putih, lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya dan
bahasa resmi adalah bahasa indonesia. Presiden RIS dipilih oleh para wakil dari
RI dan BFO. Kedua delegasi juga setuju untuk membentukPanitia Persiapan
Nasional yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan KMB