Pegunungan Ararat di Turki tempat kapal Nabi Nuh dilaporkan
terlihat.
Nabi Nuh beliau ini adalah keturunan kesembilan dari
Nabi Adam A.s. Nabi Nuh menerima Wahyu kenabian dalam masa kekosongan antara
dua rasul. Dalam masa kekosongan itu manusia secara berangsur-angsur melupakan
ajaran agama Allah. Mereka kembali menjadi musyrik, meninggalkan kebajikan,
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
- See more at:
http://decocoz.blogspot.com/2013/05/kisah-nabi-nuh-as.html#sthash.UJ5RXVLe.dpuf
Menurut Kitab Suci, kapal Nabi Nuh merupakan suatu perahu
besar yang dibuat dari kayu gofir dan ditutup dengan pakal. Ukuran
keseluruhannya adalah panjang 450 kaki, lebar 75 kaki dan tinggi 45 kaki dengan
tiga geladak di dalam. Sebuah “jendela” dibuat di bagian atas (Kejadian
6:14-16). Sepintas, ukuran keseluruhan kapal ini menjadikannya kendaraan laut terbesar
yang ada sebelum abad ke-20, dan proporsinya secara menakjubkan mirip dengan
kapal laut besar yang ada sekarang.
Kitab Suci mengatakan bahwa kapal Nabi Nuh kandas di
“pegunungan Ararat” (Kejadian 8:4). “Ararat” mungkin menerangkan suatu daerah
(kerajaan kuno Urartu) dan bukan puncak gunung secara khusus. Setelah Nabi Nuh
dan keluarganya meninggalkan kapal di atas gunung, kapal tersebut tidak pernah
disebut-sebut lagi dalam Kitab Suci. Kemudian penulis-penulis Kitab Suci tidak
pernah menyatakan bahwa mereka tahu bahwa kapal tersebut masih dapat dilihat.
Pegunungan yang disebut Ararat sekarang lebih nampak seperti
daerah pegunungan dengan dua puncak. Yang menarik, ada banyak laporan sepanjang
sejarah mengenai perahu besar di pegunungan di daerah ini. Keterangan yang
paling awal (bermula pada abad ke-3 S.M.) menyatakan bahwa sudah diketahui
secara umum bahwa kapal Nabi Nuh itu masih dapat dilihat di pegunungan Ararat.
Laporan-laporan selama lebih dari seabad terakhir ini
berkisar dari kunjungan ke kapal tersebut, sampai penemuan kayu, sampai foto
pemandangannya. Secara umum dipercaya bahwa sekurang-kurangnya sebagian besar
dari kapal itu masih utuh, tidak di atas puncak yang tertinggi, tetapi di suatu
tempat di atas 10.000 kaki. Terperangkap dalam salju dan es hampir sepanjang
satu tahun, hanya pada musim panas yang hangat saja struktur kapal tersebut
dapat dilihat atau didekati. Beberapa orang mengatakan telah memanjat atapnya,
yang lainnya mengatakan mereka telah berjalan-jalan di dalamnya.
Pada tahun 1980-an, “ark-eology” mendapat kehormatan dengan
berpartisipasinya mantan astronot NASA James Irwin dalam ekspedisi ke
pegunungan. Sebagai tambahan, investigasi kapal Nabi Nuh diuntungkan dengan
pecahnya Uni Soviet, karena pegunungan tersebut tepat berada di perbatasan
Turki-Soviet. Ekspedisi ke atas pegunungan selalu dianggap sebagai ancaman
keamanan oleh pemerintah Soviet.
Sayangnya, kunjungan-kunjungan ke situs yang diusulkan tidak
menghasilkan bukti lebih lanjut, tempat beradanya foto-foto tidak diketahui
lagi, dan peninjauan yang berbeda tidak menuju ke lokasi yang sama di
pegunungan. Lebih dari itu, astronot James Irwin telah meninggal, seorang saksi
mata inti telah menarik diri dari hadapan publik, dan sudah ada beberapa
ekspedisi baru ke pegunungan di tahun 1990-an.
Tetapi usaha-usaha masih tetap berjalan. Sementara Asosiasi
untuk Penelitian Kitab Suci (Associates for Biblical Research) tidak terlibat
dalam usaha-usaha ini, kami melanjutkan penelitian tentang laporan-laporan
kuno, pengakuan lebih lanjut dari saksi mata dan memperbaharui usaha untuk
menentukan tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh. Masih banyak ekspedisi yang
menunggu. Jika kapal tersebut memang ada di atas sana, kita akan mendengar
beritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar