Senin, 29 September 2014

konferensi



-          Perjuangan Menarik Dukungan Internasional Lewat LBB
Agresi militer Belanda mendaat kecaman keras dari dunia Internasional. Agresi militer yang dilacarkan Belanda dimasukan dalam agenda Dewan Keamanan PBB. Kemudian PBB mengeluarkan resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947. Juru bicara  Sutan Syahrir mendat kesempatan  berbicara pada tanggal 14, 17, dan 26 Agustus 1947. Dan pada saat itu Sutan Syahrir menjelaskan perjalanan sejarah hingga kemerdekaan dan konflik dengan tentara sekutu dan Belanda. Pada tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Negara-negara tersebut antara lain :
-          Australia (tunjukan Indonesia)
-          Belgia ( tunjukan Belanda)
-          Amerika Serikat ( tunjukan Belgia dan Australia)
Setelah terbentuk, wakil-wakil dari KTN datang ke Indonesia untuk melaksakan tugasnya, dan sampai di Jakarta pada tanggal 27 Oktober 1947. Atas usul KTN, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di kapal perang USS Renville milik Angkatan Laut  Amerika Serikat yang sedang  berelabuh di Jakarta.

-           Perjuangan Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Belanda terus berusaha untuk menguasai Indonesia. Salah satunya dengan kekuatan militer. Penggunaan kekuatan militer ini memunculkan Agresi Militer Belanda II.
a.       Serangan Militer Belanda terhadap Kota Yogyakarta
Belanda menolak hasil dari perundingan Renville. Dan pada 19 Desember 1948 tentara  Belanda menyerang Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta. Dan Belanda berhasil menguasai Kota Yogyakarta. Hingga terbentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Dengan itu, kelangsungan hidup pemerintah RI tetap ada.
Dalam waktu singkat Presiden, Wakil Presiden dan pejabat tinggi negara berhasil ditawan. Dan tanggal 22 Dessember 1948, Presiden Soekarno, Haji Agus Salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke Brastagi, Sumut yang kemudian dipindah ke Prapat, Sumut. Sedang Moh. Hatta dan para pejabat lainnya diasingkan ke Muntok di pulau Bangka. Pada akhir Januari, Soekarno dan Haji Agus Salim dipindah ke Muntok dan kembali berkumpuk dengan Moh. Hatta dan yang lainnya.
b.      Perang Gerilya Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Ketika Yogyakarta dikuasai Belanda, Jendral Sudirman dan pasukannya menyingkir ke luar kota dan merencanakan perang gerilya bersama dengan Kolonel A.H Nasution, Wakil Panglima APRISdan Panglima Tentara dan Teritorium Jawa.
Perang berkobar sejak 25 Desember 1948. Pasukan Jendral Sudirman bergerilya di berbagai daerah yang sekarang dijuluki  dengan  Rute Gerilya. Menghadapi taktik perang Gerilya, Belanda tidak mampu berbuat banyak. Dikarenakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak mau diajak bekerja sama, rencana Belanda untuk membuat pemerintahan di Yogyakarta gagal.

c.       Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Kota Yogyakarta.
Belanda membentuk benteng stelsel untuk menghadang taktik gerilya, yang membuat pertahanan di kota melemah. Dan TNI Indonesia menyerang Belanda di Yogyakarta yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949. Karena terkejut, Belanda tidak mampu menguasai keadaan danTNI berhasil menguasai Kota Yogyakarta kembali.
d.      Menarik Dukungan Internasional dalam Upaya Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Agresi Belanda menimbulkan reaksi di negara-negara Asia, dan mereka mendukung Indonesia. Atas prakarsa Burma dan India terselenggaralah konferensi Asia di New Delhi, India, pada 23 Januari 1949. Konferensi tersebut menghasilkan resolusi yang akhirnya disampaikan ke Dewan PBB. Dan PBB mengeluarkan resolusi agar Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan. Pemerintah Darurat Republik Indonesia bersedia tetapi dengan syarat agar Belanda tidak menyerang dan menarik semua pasukannya dari NKRI.

-          Konferensi Antar-Indonesia
Indonesia bersedia menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB). Dan sebelum itu, diadakan Konferensi Antar-Indonesia untuk menghadapi KMB. Konferensi Antar-Indonesia dilangsungkan dalam dua tahap. Yang pertama di Yogyakarta tanggal 19-22 Juli 1949, yang bertujuan untuk membahas berbagai hal yang ada kaitanya dengan pembentukan negara federal sementara. Sidang kedua dilaksanakan di Jakarta pada 30 Juli 1949. Dan mencapai tujuan antara lain : bendera RIS adalahh merah putih, lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya dan bahasa resmi adalah bahasa indonesia. Presiden RIS dipilih oleh para wakil dari RI dan BFO. Kedua delegasi juga setuju untuk membentukPanitia Persiapan Nasional yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan KMB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar