Kamis, 27 November 2014

DNA Dapat Bertahan pada Perjalanan Ruang Angkasa

Sebuah penemuan yang mengejutkan para peneliti, memperlihatkan bahwa DNA dapat bertahan pada kondisi yang hampir tidak mendukung kehidupan, di luar angkasa. DNA juga dapat bertahan dalam perjalanan keluar dan kembali dari atmosfer.
Dilansir dari Daily Mail, Rabu, 26 November, disebutkan bahwa peneliti menempatkan dua sampel kecil DNA pada bagian luar roket pesawat ruang angkasa, dan sangat terkejut karena hampir semua sampel ternyata dapat bertahan.

Artinya DNA bisa bertahan meski harus melalui suhu ekstrem lebih dari 1.000 derajat celsius, saat perjalanan menuju orbit dan kembali ke bumi. Temuan itu memicu kemungkinan adanya molekul kehidupan dari antariksa yang masuk ke bumi.

Penelitian dilakukan ilmuwan dari Universitas Zurich di Swiss, dengan misi TEXUS-49 yang diluncurkan dari pangkalan Esrange di Kiruna. Sebelumnya dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh gravitasi terhadap gen manusia yang ada di dalam roket.

Tapi para ilmuwan memutuskan, sebagai tambahan, untuk menguji efek perjalanan ruang angkasa pada DNA yang ditempatkan pada tiga posisi di luar roket, dan terkejut karena ternyata DNA dapat bertahan.

Banyak ilmuwan meyakini komet telah membawa unsur organik kehidupan seperti asam amino ke bumi, pada awal sejarah munculnya kehidupan. Sebagian malah berpikir lebih jauh, bahwa DNA mencapai bumi melalui debu meteor.

Sebuah teori yang disebut panspermia, menyebut bahwa ada 100 ton debu meteor yang sampai ke bumi setiap hari. Selama eksperimen, ditemukan sebagian DNA dapat berfungsi penuh. "Kami sangat terkejut dengan penemuan," kata Dr Cora Thiel, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian.

Ilmuwan lainnya, Profesor Oliver Ullrich, menambahkan bahwa studi yang mereka laku
kan memberikan bukti bahwa informasi genetik DNA secara esensial dapat bertahan dalam kondisi ekstrem di luar angkasa, dan berhasil masuk ke bumi melalui atmosfer.

Para peneliti mengatakan, misi perjalanan ke planet lain harus diteliti secara hati-hati akan kemungkinan kontaminasi. "Hasil penelitian memperlihatkan, meski dengan semua tindakan pencegahan, pesawat antariksa dapat membawa DNA kehidupan asing," kata Ullrich.

Pada Agustus, kosmonot Rusia menemukan adanya jejak plankton dan mikroorganisme lain, yang hidup pada bagian luar Stasiun Antariksa Internasional. Mereka mengklaim plankton tidak dibawa saat peluncuran, tapi diduga terbawa angin saat di bumi.

Hal itu memperlihatkan bahwa organisme dapat bertahan hidup dalam ruang hampa udara di luar angkasa, serta temperatur yang sangat dingin, setelah sebelumnya melalui temperatur sangat panas saat melalui atmosfer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar